Directed by | Justin Dec |
---|---|
Written by | Justin Dec |
Produced by |
|
Starring | |
Cinematography | Maxime Alexandre |
Edited by | Brad Wilhite |
Music by |
|
Production companies |
|
Distributed by | STX Entertainment |
Release date |
|
Running time | 90 minutes |
Country | United States |
Language Genre Duration Score | English Horor, Thriller, Supranatural 90 menit 5,4 |
Sebenarnya cerita tentang waktu dan kematian ini sudah pernah diangkat di beberpa film, seperti In Time contohnya. Tapi dalam film Countdown ini masih dibumbui dengan genre horror mistis karena menyangkut soal kutukan dari seorang iblis. Sedangkan In Time lebih berfokus terhadap cerita tentang kesetaraan sosial. Bedanya lagi, Countdown hanya memberikan sekali ketegangan atas dasar waktunya. Karena di film ini jika kehabisan waktu akan mati. Tidak ada cara untuk menghentikan atau menambah waktu itu sendiri.Sesuai genrenya, film ini membawa penontonnya untuk merasa tegang dalam beberapa scene-nya. Saya sendiri beberapa kali menghentikan napas ketika melihat waktu yang menghitung mundur itu semakin mendekati angka nol. Namun dibandingkan dengan kebanyakan cerita horror thriller lainnya, film ini bukan termasuk yang sangat wow atau luar biasa. Bahkan setelah menonton film ini ketakutan yang saya rasakan selama menonton menghilang dengan cepat.
Permasalahan
internalnya juga cukup bagus, tidak bertele-tele. Mengisahkan si Tokoh Utama
yang punya masalah dengan masa lalunya dan juga sedikit konflik seorang dokter
mesum di tempat magangnya. Semua masalah itu diakhiri dengan baik. Selain itu,
yang cukup menarik dari film ini adalah tidak adanya sosok pahlawan atau orang
yang dianggap benar-benar mampu melawan iblis di film ini. Jadi, semua solusi
yang terlintas adalah murni dari sosok Quinn Harris itu sendiri. Seperti film
Light Out kalau tidak salah yang Tokoh utamanya sendiri melawan hantunya dengan
gergaji mesin. Saya sendiri belum menontonnya.
Hal
yang paling membuat saya menganggap film ini termasuk film biasa adalah cerita
yang diangkat hanyalah sekadar cerita biasa. Okelah, semua unsur yang baik
dalam penulisan ceritanya ada. Tetapi, saya tdak bisa merasakan dengan baik
karakter setiap tokohnya. Mereka dibuat sama saja tanpa keunikan tersendiri. Sehingga
hubungan antar tokoh kurang mengena di cerita ini.Yah, mungkin saja memang film
ini difokuskan kepada scene thriller-nya dibandingkan kualitas ceritanya. Meski
sebenarnya thrillernya sendiri bisa dibilang biasa dibandingkan film thriller
lainnya.
Dari
segi moral, film ini mengajarkan betapa berharganya hidup itu. Bahkan setiap
detiknya. Aku tidak mau sok mengajari di sini. Tapi memang itulah yang kudapat
dari film ini. Saya sempat berpikir, bagaimana jika semua orang di dunia ini
tahu kapan dia akan mati. Apa akan masih ada orang jahat di dunia ini? Pastinya
ada lah, ya. Namanya juga human, hehe. Sori melantur.
Oke,
akhir kata yang bisa saya sampaikan di review film ini, film ini cukup rekomen
untuk kalian yang ingin merasakan cerita horror thriller. Dari segi alur
mungkin akan terkesan biasa. Kalau boleh memberi nilai, akan saya masukan ke kategori
film biasa. Bukan film wah. Tapi dari segi lainnya lumayanlah. Apalagi pecinta
film yang sedang gabut seperti saya, hehe
Pojok
Ngawur
Hal yang bikin aku penasaran adalah siapa yang mengoperasikan aplikasi Countdown di film ini? Jika memang itu iblis, dia belajar ngoding di mana. Hayo? Lagipula gabut banget gasih, iblis buat aplikasi Countdown buat mengutuk manusia. Tapi aku sempat search di Playstore juga tentang aplikasi ini, dan ternyata ada, wkwk. Kalau aku sih ga mau download ya, Bukan karena takut, aku mikirnya aplikasi ini cuma menuh-menuhin drive hp saja. Sekali lagi bukan karena takut, lho ya. \(0///0)\
Source: Driverays dan Wikipedia
Tag:
#film #horor #thriller #Countdown #Review #Rekomendasi #Torinuma #barat
Komentar
Posting Komentar